Hmmm, dibawah ini ada beberapa anime favorit saya, you might as well check these out :D
YOKOSO! Welcome to our blog. This is actually our first blog, yay! Here we want to INTRODUCE you to one of the most exotic country in Asia. And that is Japan (a.k.a Nippon). Well, we planned to fill this blog with the general information about Japan, The Culture, and many other GOOD STUFF :D Okay, here we go! Please enjoy our Blog, Douzo!
Entri Populer
Senin, 17 Oktober 2011
Anime ~My Fave~
Pasti reader semua tau ya apa yang dimaksud dengan anime, well, anime ini adalah salah salah satu faktor yang menyebabkan Jepang diminati banyak orang di Indonesia. Well saya pribadi penggemar BERAT, suatu saat nanti saya bakal bikin anime of Indonesia (Tokohnya Si Pitung, Gatot Kaca, dsb) hehehe
Hmmm, dibawah ini ada beberapa anime favorit saya, you might as well check these out :D
Hmmm, dibawah ini ada beberapa anime favorit saya, you might as well check these out :D
Minggu, 16 Oktober 2011
Language "日本語" ~Kanji~
Seperti yang saya janjiin sebelumnya, sekarang kita akan membahas tentang Kanji (漢字). *Sigh* Sebenernya ini bagian yang paling nggak mau saya bahas (Alibi orang yang nggak bisa kanji) hahaha.
Well, as I said before, ada 4 jenis tulisan yang dipakai di Jepang, Hiragana, Katakana, Romaji, dan Kanji. Dan menurut saya pribadi, yang satu ini yang paling sulit. Karena kalau di Hiragana, Katakana, dan Romaji, satu tulisan pasti cara membacanya hanya satu, dan mereka disusun membentuk satu arti. Tapi kalau Kanji, satu tulisan cara membacanya banyak, dan satu kanji itu bisa bermacam-macam artinya. Dan overall tulisannya-pun lebih susah daripada Hiragana, Katakana, ataupun Romaji.
Mungkin kalau pembaca ada yang sudah biasa dengan Bhs. Mandarin akan lebih mudah mempelajari Kanji. Soalnya Kanji ini adalah tulisan mandarin (Pinyin) yang digunakan ke dalam bahasa Jepang.
Nah, seperti yang saya bilang tadi, satu tulisan Kanji, cara bacanya bisa lebih dari satu. Dan itupun masih dikelompokkan lagi ke dalam On'yomi (音読み) dan Kun'yomi (訓読み). Apa sih yang dimaksud On'yomi (音読み) dan Kun'yomi (訓読み)?
On'yomi dibagi menjadi 4 jenis:
- Go-on (呉音, "ucapan Wu") adalah cara pengucapan dari daerah Wu di bagian selatan zaman Enam Dinasti Tiongkok. Walaupun tidak pernah ditemukan bukti-bukti, ucapan Wu diperkirakan dibawa masuk ke Jepang melalui Semenanjung Korea dari abad ke-5 hingga abad ke-6. Ucapan Wu diperkirakan berasal dari cara membaca literatur agama Buddha yang diwariskan secara turun temurun sebelum diketahui cara membaca Kan-on (ucapan Han). Semuanya cara pengucapan sebelum Kan-on digolongkan sebagai Go-on walaupun mungkin saja berbeda zaman dan asal-usulnya bukan dari daerah Wu.
- Kan-on (漢音, "ucapan Han") adalah cara pengucapan seperti dipelajari dari zaman Nara hingga zaman Heian oleh utusan Jepang ke Dinasti Tang dan biksu yang belajar ke Tiongkok. Secara khusus, cara pengucapan yang ditiru adalah cara pengucapan orang Chang'an.
- Tō-on (唐音, "ucapan Tang") adalah cara pengucapan karakter seperti dipelajari oleh biksu Zen antara zaman Kamakura dan zaman Muromachi yang belajar ke Dinasti Song, dan perdagangan dengan Tiongkok.
- Kan'yō-on (慣用音, "ucapan populer") adalah cara pengucapan on'yomi yang salah (tidak ada dalam bahasa Tionghoa), tapi telah diterima sebagai kelaziman.
Seperti halnya, on'yomi sebuah karakter kadang-kadang memiliki beberapa kun'yomi yang bisa dibedakan berdasarkan konteks dan okurigana yang mengikutinya. Beberapa karakter yang berbeda-beda sering juga memiliki kun'yomi yang sama, namun artinya berbeda-beda. Selain itu, tidak semua karakter memiliki kun'yomi.
Kata "kun" dalam kun'yomi berasal kata "kunko" (訓詁) (pinyin: xungu) yang berarti penafsiran kata demi kata dari bahasa kuno atau dialek dengan bahasa modern. Aksara Tionghoa adalah aksara asing bagi orang Jepang, sehingga kunko berarti penerjemahan aksara Tionghoa ke dalam bahasa Jepang. Arti kanji dalam bahasa Tionghoa dicarikan padanannya dengan kosakata asli bahasa Jepang.
Sebagai aksara asing, aksara Tionghoa tidak dapat diterjemahkan semuanya ke dalam bahasa Jepang. Akibatnya, sebuah karakter kanji mulanya dipakai untuk melambangkan beberapa kun'yomi. Pada masa itu, orang Jepang mulai sering membaca tulisan bahasa Tionghoa (kanbun) dengan cara membaca bahasa Jepang. Sebagai usaha membakukan cara membaca kanji, satu karakter ditetapkan hanya memiliki satu cara pengucapan Jepang (kun'yomi). Pembakuan ini merupakan dasar bagi tulisan campuran Jepang dan Tiongkok (wa-kan konkōbun) yang merupakan cikal bakal bahasa Jepang modern.
Oh ya, selain On'yomi dan Kun'yomi, ternyata ada cara baca yang lain loh. (Saya sendiri baru tahu, haha). Inilah mereka :
Kokkun (国訓) adalah karakter kanji yang mendapat arti baru yang sama sekali berbeda dari arti semula karakter tersebut dalam bahasa Tionghoa, misalnya:
- 沖 chū, okitsu, oki (jauh di laut, lepas pantai; pinyin: chōng, membilas; chòng, kuat)
- 椿 tsubaki (Kamelia; pinyin: chūn, Ailanthus)
Jubakoyomi dan Yutoyomi. Gabungan dua karakter sering tidak mengikuti cara membaca on'yomi dan kun'yomi melainkan campuran keduanya yang disebut jūbakoyomi (重箱読み?). Karakter pertama dibaca menurut on'yomi dan karakter kedua menurut kun'yomi, misalnya:
- 重箱 (jūbako)
- 音読み (on'yomi)
- 台所 (daidokoro)
- 役場 (yakuba)
- 試合 (shiai)
- 団子 (dango).
- 湯桶 (yutō)
- 合図 (aizu)
- 雨具 (amagu)
- 手帳 (techō)
- 鶏肉 (toriniku).
Dibawah ini ada daftar segelintir Kanji dari beribu-ribu yang ada :
| # | New | Old | Strokes | Grade | English | On'yomi | Kun'yomi | |
|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| 1 | 一 | 1 | 1 | one | イチ、イツ ichi, itsu | ひと、ひと-つ hito, hito-tsu | ||
| 2 | 丁 | 2 | 3 | ward | チョウ、テイ chō, tei | ひのと hinoto | ||
| 3 | 七 | 2 | 1 | seven | シチ shichi | なな、なな-つ、なの nana, nana-tsu, nano | ||
| 4 | 万 | 萬 | 3 | 2 | ten thousand | マン、バン man, ban | よろず yorozu | |
| 5 | 丈 | 3 | S | length | ジョウ jō | たけ take | ||
| 6 | 三 | 3 | 1 | three | サン san | み、み-つ、みっ-つ mi, mi-tsu, mit-tsu | ||
| 7 | 上 | 3 | 1 | up | ジョウ、ショウ jō, shō | うえ、うわ、かみ、あ-げる、あ-がる、のぼ-る、のぼ-せる、のぼ-す ue, uwa, kami, a-geru, a-garu, nobo-ru, nobo-seru, nobo-su | ||
| 8 | 下 | 3 | 1 | below | カ、ゲ ka, ge | した、しも、もと、さ-げる、さ-がる、くだ-る、くだ-す、くだ-さる、お-ろす、お-りる shita, shimo, moto, sa-geru, sa-garu, kuda-ru, kuda-su, kuda-saru, o-rosu, o-riru | ||
| 9 | 不 | 4 | 4 | non- | フ、ブ fu, bu | |||
| 10 | 与 | 與 | 3 | S | give | ヨ yo | あた-える ata-eru | |
| 11 | 且 | 5 | S | moreover | ショ、ソ、ショウ sho, so, shō | か-つ ka-tsu | ||
| 12 | 世 | 5 | 3 | world | セイ、セ sei, se | よ yo | ||
| 13 | 丘 | 5 | S | hill | キュウ kyū | おか oka | ||
| 14 | 丙 | 5 | S | third class | ヘイ hei | ひのえ hinoe | ||
| 15 | 両 | 兩 | 6 | 3 | both | リョウ ryō | てる、ふたつ teru, futatsu | |
| 16 | 並 | 竝 | 8 | 6 | line-up | ヘイ hei | なみ、なら-べる、なら-ぶ、なら-びに nami, nara-beru, nara-bu, nara-bini | |
| 17 | 中 | 4 | 1 | middle | チュウ chū | なか naka | ||
| 18 | 丸 | 3 | 2 | circle | ガン gan | まる、まる-い、まる-める maru, maru-i, maru-meru | ||
| 19 | 丹 | 4 | S | cinnabar | タン tan | に ni | ||
| 20 | 主 | 5 | 3 | master | シュ、ス shu, su | ぬし、おも nushi, omo | ||
| 21 | 久 | 3 | 5 | long time | キュウ、ク kyū, ku | ひさ-しい hisa-shii | ||
| 22 | 乏 | 4 | S | scarce | ボウ bō | とぼ-しい tobo-shii | ||
| 23 | 乗 | 乘 | 9 | 3 | ride | ジョウ jō | の-る、の-せる no-ru, no-seru | |
| 24 | 乙 | 1 | S | the latter | オツ、イツ otsu, itsu | おと-、きのと oto-, kinoto | ||
| 25 | 九 | 2 | 1 | nine | キュウ、ク kyū, ku | ここの、ここの-つ kokono, kokono-tsu | ||
| 26 | 乱 | 亂 | 7 | 6 | riot | ラン ran | みだ-れる、みだ-す mida-reru, mida-su | |
| 27 | 乳 | 8 | 6 | milk | ニュウ nyū | ちち、ち chichi, chi | ||
| 28 | 乾 | 11 | S | dry | カン kan | かわ-く、かわ-かす kawa-ku, kawa-kasu | ||
| 29 | 了 | 2 | S | finish | リョウ ryō | |||
| 30 | 予 | 豫 | 4 | 3 | in advance | ヨ yo | あらかじーめ arakaji-me | |
| 31 | 争 | 爭 | 6 | 4 | conflict | ソウ sō | あらそ-う araso-u | |
| 32 | 事 | 8 | 3 | abstract thing | ジ、ズ ji, zu | こと koto | ||
| 33 | 二 | 2 | 1 | two | ニ ni | ふた、ふた-つ futa, futa-tsu | ||
| 34 | 互 | 4 | S | mutually | ゴ go | たが-い taga-i | ||
| 35 | 五 | 4 | 1 | five | ゴ go | いつ、いつ-つ itsu, itsu-tsu | ||
| 36 | 井 | 4 | S | well | セイ、ショウ sei, shō | い i | ||
| 37 | 亜 | 亞 | 7 | S | sub- | ア a | つ-ぐ tsu-gu | |
| 38 | 亡 | 3 | 6 | deceased | ボウ、モウ bō, mō | な-い na-i | ||
| 39 | 交 | 6 | 2 | mix | コウ kō | まじ-わる、まじ-える、ま-じる、ま-ざる、ま-ぜる、か-う、か-わす maji-waru, maji-eru, ma-jiru, ma-zaru, ma-zeru, ka-u, ka-wasu | ||
| 40 | 享 | 8 | S | receive | キョウ、コウ kyō, kō | う-ける u-keru |
Sabtu, 15 Oktober 2011
Food ~Sushi (鮨, 鮓)~
It’s chow time! Sekarang waktunya kita ngebahas soal makanan, nyam nyam :3 Jepang ini memiliki banyak makanan tradisional yang pastinya uenak uenak. Salah satunya yang akan kita bahas sekarang.
Sushi terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Nasi yang dipakai bukan nasi putih biasa, biasanya nasinya berasa masam dan lembut soalnya dicampur cuka beras, garam, dan gula.
Di Indonesia, makanan yang satu ini tentunya udah nggak asing lagi ya. Mungkin di antara readers ada yang penggemar sushi, atau berminat mencoba sushi, well youdefinitely have to check this out!
Jenis – jenis sushi :
Mungkin biasanya kita pikir kalau sushi itu nasi ditambah ikan mentah, atau ikan mentah saja. Tapi ternyata sushi bukan cuma yang seperti itu doang lho! Ada banyak jenis sushi, antara lain:
Nigirizushi
Makanan laut segar (pada umumnya mentah) diletakkan di atas nasi yang dibentuk dengan menaruh nasi di telapak tangan yang satu dan membentuknya dengan jari-jari tangan yang lain. Nori (rumput laut) sering dipakai untuk mengikat neta agar tidak terlepas dari nasi. Lauk yang diletakkan di atas sushi juga bisa dalam keadaan matang seperti tamagoyaki atau belutunagi dan belut anago yang sudah dipanggang.
Makizushi
Sushi berupa gulungan nasi berisi potongan mentimun, tamagoyaki dan neta lain yang dibungkus lembaran nori. Nasi digulung dengan bantuan sudare (anyaman bambu bentuk persegi panjang).
Makizushi dibagi menjadi:
- Hosomaki: gulungan berdiameter minimum 3 cm hanya berisi satu jenis neta (misalnya mentimun atau tuna).
- Futomaki: gulungan berdiameter di atas 5 cm berisi berbagai macam neta.
- Temakizushi: nasi digulung sendiri dengan nori sebelum dimakan, neta juga dipilih sendiri dari piring.
Di daerah Kansai terdapat tradisi ehomaki untuk mengundang keberuntungan pada Hari Ekuinoks Musim Semi. Satu gulung utuh Futomaki zushi harus dimakan sambil menghadap ke arah mata angin keberuntungan. Ketika memakannya, orang juga dilarang mengeluarkan suara atau berbicara. Tradisi ini mulanya dipopulerkan oleh asosiasi pedagang sushi pada tahun 1970-an.
Chirashizushi
Nasi sushi dimakan bersama neta berupa makanan laut dan sayur-sayuran yang dipotong kecil-kecil. Nasi sushi tidak dibentuk melainkan diisikan ke dalam wadah dari kayu, piring atau mangkuk. Chirashizushi merupakan salah satu masakan rumah yang populer di Jepang untuk memperingati hari-hari istimewa seperti ulang tahun anak-anak dan perayaan Hina Matsuri.
Di daerah-daerah lain di Jepang, chirashizuhi mempunyai banyak nama lain seperti suzushi di Prefektur Kagoshima, matsurizushi di Prefektur Okayama, tekonezushi (di Prefektur Mie), bahkan ada daerah-daerah tertentu yang menghias chirashizushi dengan buah-buahan seperti potongan apel, jeruk, dan ceri.
Oshizushi
Nasi disusun bersama neta yang dipres untuk sementara waktu dengan maksud memadatkan nasi agar sushi yang dihasilkan berbentuk persegi panjang yang lalu dipotong-potong agar mudah dinikmati. Oshizushi ada juga yang dibungkus daun bambu lalu dipres untuk sementara waktu, antara beberapa jam sampai satu malam. Nama-nama oshizushi yang populer antara lain:
- Sabazushi berisi ikan kembung yang mempunyai beberapa nama lain seperti battera di Prefektur Osaka atau bozushi di Kyoto
- Masuzushi di Prefektur Toyama
- Oshizushi ikan Funa dari Prefektur Mie
- Sanmazushi dan Gozaemonzushi dari Prefektur Tottori
- Iwakunizushi dari Prefektur Yamaguchi
Narezushi
Sushi zaman kuno adalah ikan yang dilumuri garam dan nasi, lalu dibiarkan hingga terfermentasi. Funazushi dari Prefektur Shiga dan hatahatazushi dari Prefektur Akita adalah dua contoh sushi asal zaman kuno. Ada pula narezushi yang ditambah ragi untuk membantu proses fermentasi, contohnya kaburazushi dari Prefektur Ishikawa dan Izushi dari Hokkaido.
Kaburazushi adalah jenis sushi yang tidak dibentuk bersama nasi. Sushi dibuat dengan menjepit irisan ikan mentah di antara dua lembar irisan lobak kabura. Setelah itu, sushi disusun di dalam tong kayu berisi campuran nasi tanak bercampur ragi. Lama fermentasi selama beberapa hari. Kaburazushi dimakan dengan tidak mencuci nasi hasil fermentasi yang menempel.
Inarizushi
Nasi sushi dibungkus aburage yang sebelumnya sudah dimasak bersama kecap asin dan gula. Inarizushi tidak berisi ikan atau lauk lain karena aburage sudah merupakan sumber protein. Inarizushi berasal dari kuil Toyokawa Inari di kota Toyokawa, Prefektur Aichi.
Etika Makan Sushi :
Nah, mungkin hal satu hal ini yang jarang dikenal oleh orang Indonesia, walaupun ada banyak pencinta sushi di Indonesia, tapi tidak semua tahu cara/etika yang baik dalam memakan sushi. Padahal di Jepang sana etika ini sangat penting lho! Monggo dilihat ...
· Menggosok-gosok sumpit.
Tujuannya sih menghilangkan 'rambut-rambut' sumpit yang katanya bisa membuat masalah kesehatan. Namun ternyata, itu merupakan penghinaan buat kedai sushi tempat kita makan. Kalau kita gosok-gosok begitu, itu menunjukkan kedai sushi itu memberikan sumpit berkualitas buruk pada kita.
Tujuannya sih menghilangkan 'rambut-rambut' sumpit yang katanya bisa membuat masalah kesehatan. Namun ternyata, itu merupakan penghinaan buat kedai sushi tempat kita makan. Kalau kita gosok-gosok begitu, itu menunjukkan kedai sushi itu memberikan sumpit berkualitas buruk pada kita.
· Wasabi dan kecap asin tidak untuk dicampurkan.
Banyak orang selalu mencampur wasabi dan kecap asin yang disediakan, mereka pikir itu cara yang benar. Ternyata itu cara yang salah!
Banyak orang selalu mencampur wasabi dan kecap asin yang disediakan, mereka pikir itu cara yang benar. Ternyata itu cara yang salah!
· Mencelupkan bagian nasi ke kecap asin. harusnya bagian dagingnya yang dicelupkan. Kalau nasinya yang dicelupkan, nasinya menyerap kecap asin banyak-banyak sehingga sushinya keasinan.
Senin, 10 Oktober 2011
Festivals ~Doll's Festival (Hina Matsuri)~
Meet me again, nyahahaha :D
Kali ini kita akan tengok sedikit ke salah satu festival yang cukup terkenal di Jepang. Nama festivalnya yaitu Festival Bonek (Hina Matsuri), tapi biasa juga disebut Festival bulan ke-3 (Sangatsu Sekku), Festival Persik (Momo Sekku) atau Festival Anak Perempuan (Joshi no Sekku), festival ini diadakan setiap tanggal 3 Maret.
Festival ini dilakukan oleh keluarga untuk memohon agar anak perempuannya dapat hidup bahagia, tumbuh dengan sehat dan cantik jelita, hahayy. Biasanya festival ini dilakukan di dalam rumah atau di pinggir laut, tujuannya untuk mengusir roh jahat dari tubuh sang anak.
Biasanya keluarga yang memiliki anak perempuan memajang satu set boneka di rumahnya yang disebut .Satu set boneka ini menggambarkan upacara perkawinan tradisional di Jepang, terdiri dari boneka Raja, Permaisuri, Dayang-dayang dan Pemusik Istana.
Satu set boneka ini terdiri dari 7 tingkat, di tingkat pertama (yang paling atas) diletakkan 2 boneka, yaitu boneka Raja yang memegang tongkat dan Permaisuri yang memegang kipas. Selain itu ada tambahan berupa dua lampu yang disebut bonbori, namun ini tidak mutlak harus diletakkan di tingkat teratas. Pada umumnya Raja diletakkan di sebelah kiri dan Permaisuri diletakkan di sebelah kanan.
Dibawahnya (tingkat kedua) diletakkan 3 buah boneka puteri istana (dayang-dayang) yang masing-masing memegang peralatan untuk minum sake (bir Jepang). Boneka puteri istana yang paling tengah membawa mangkuk sake (sakazuki). Dua boneka puteri istana yang lain membawa poci sake (kuwae no chōshi), dan wadah sake yang disebut (nagae no chōshi). Gigi salah satu boneka puteri istana dihitamkan (ohaguro) dan alisnya dicukur habis. Dalam boneka versi Kyoto, puteri istana yang paling tengah dari Kyoto membawa shimadai (hiasan tanda kebahagiaan dari daun pinus, daun bambu, dan bunga ume)
Dibawahnya lagi (Tingkat ketiga) diletakkan 5 boneka pemusik istana (gonin bayashi) yang masing-masing memegang instrumen musik kecuali sebuah boneka penyanyi yang memegang kipas. Boneka yang pertama duduk dan membawa Taiko (Drum kecil dari Jepang), boneka kedua berdiri dan memegang Ōtsuzumi (Drum besar), boneka ketiga membawa Kotsuzumi (Drum tangan), boneka keempat membawa Fue (Flute), dan boneka kelima, sang penyanyi membawa sensu (kipas).
Dua boneka menteri (daijin) yang terdiri dari Menteri Kanan (Udaijin) dan Menteri Kiri (Sadaijin) berada di tingkat ke-4. Boneka Menteri kiri digambarkan masih muda, sedangkan boneka Menteri kanan tampak jauh lebih tua. Dari sudut pandang pengamat, Menteri Kanan berada di sebelah kiri, sedangkan Menteri Kiri berada di sebelah kanan.
Kemudian di tingkat ke-5 tiga boneka pesuruh pria (shichō). Ketiganya masing-masing membawa bungkusan berisi topi (daigasa) yang dibawa dengan sebilah tongkat, sepatu yang diletakkan di atas sebuah nampan, dan payung panjang dalam keadaan tertutup. Dalam boneka versi lain, pesuruh pria membawa penggaruk dari bambu (kumade) dan sapu.
Selanjutnya pada tingkat keenam dan ketujuh, diletakkan miniatur peralatan rumah tangga, kereta sapi, dan persembahan-persembahan lainya.
Dulu, orang-orang disana percaya bahwa boneka-boneka tersebut berisi roh jahat. Maka dari itu orang-orang biasanya menghanyutkan boneka itu ke laut agar roh jahat yang berada di boneka itu ikut terbawa dan tidak kembali lagi. Namun hal tersebut tidak dilakukan lagi sekaranh karena boneka-boneka yang dihanyutkan di laut tersebut akan menyangkut di jaring para nelayan dan merepotkan mereka, dan ujung-ujungnya para nelayan itu akan membakar boneka tersebut.
Sekarang masyarakat disana hanya memajangnya, dimulai dari bulan Februari dan menyimpan kembali boneka-boneka tersebut segera setelah festival berakhir. Ada mitos yang mengatakan kalau mereka tidak menyimpan kembali boneka itu sampai tanggal 4 Maret, maka anak perempuan dalam keluarga tersebut baru akan menikah dalam usia yang tua.
Tapi sebenarnya, walau disebut festival (matsuri), perayaan ini lebih ke acara pribadi keluarga. Itu pun jika ada anak perempuan di keluarga tersebut.
Coba di Indonesia ada perayaan kayak gini ya, pasti seru banget!
Kali ini kita akan tengok sedikit ke salah satu festival yang cukup terkenal di Jepang. Nama festivalnya yaitu Festival Bonek (Hina Matsuri), tapi biasa juga disebut Festival bulan ke-3 (Sangatsu Sekku), Festival Persik (Momo Sekku) atau Festival Anak Perempuan (Joshi no Sekku), festival ini diadakan setiap tanggal 3 Maret.
Festival ini dilakukan oleh keluarga untuk memohon agar anak perempuannya dapat hidup bahagia, tumbuh dengan sehat dan cantik jelita, hahayy. Biasanya festival ini dilakukan di dalam rumah atau di pinggir laut, tujuannya untuk mengusir roh jahat dari tubuh sang anak.
Biasanya keluarga yang memiliki anak perempuan memajang satu set boneka di rumahnya yang disebut .Satu set boneka ini menggambarkan upacara perkawinan tradisional di Jepang, terdiri dari boneka Raja, Permaisuri, Dayang-dayang dan Pemusik Istana.
Satu set boneka ini terdiri dari 7 tingkat, di tingkat pertama (yang paling atas) diletakkan 2 boneka, yaitu boneka Raja yang memegang tongkat dan Permaisuri yang memegang kipas. Selain itu ada tambahan berupa dua lampu yang disebut bonbori, namun ini tidak mutlak harus diletakkan di tingkat teratas. Pada umumnya Raja diletakkan di sebelah kiri dan Permaisuri diletakkan di sebelah kanan.
Dibawahnya (tingkat kedua) diletakkan 3 buah boneka puteri istana (dayang-dayang) yang masing-masing memegang peralatan untuk minum sake (bir Jepang). Boneka puteri istana yang paling tengah membawa mangkuk sake (sakazuki). Dua boneka puteri istana yang lain membawa poci sake (kuwae no chōshi), dan wadah sake yang disebut (nagae no chōshi). Gigi salah satu boneka puteri istana dihitamkan (ohaguro) dan alisnya dicukur habis. Dalam boneka versi Kyoto, puteri istana yang paling tengah dari Kyoto membawa shimadai (hiasan tanda kebahagiaan dari daun pinus, daun bambu, dan bunga ume)
Dibawahnya lagi (Tingkat ketiga) diletakkan 5 boneka pemusik istana (gonin bayashi) yang masing-masing memegang instrumen musik kecuali sebuah boneka penyanyi yang memegang kipas. Boneka yang pertama duduk dan membawa Taiko (Drum kecil dari Jepang), boneka kedua berdiri dan memegang Ōtsuzumi (Drum besar), boneka ketiga membawa Kotsuzumi (Drum tangan), boneka keempat membawa Fue (Flute), dan boneka kelima, sang penyanyi membawa sensu (kipas).
Dua boneka menteri (daijin) yang terdiri dari Menteri Kanan (Udaijin) dan Menteri Kiri (Sadaijin) berada di tingkat ke-4. Boneka Menteri kiri digambarkan masih muda, sedangkan boneka Menteri kanan tampak jauh lebih tua. Dari sudut pandang pengamat, Menteri Kanan berada di sebelah kiri, sedangkan Menteri Kiri berada di sebelah kanan.
Kemudian di tingkat ke-5 tiga boneka pesuruh pria (shichō). Ketiganya masing-masing membawa bungkusan berisi topi (daigasa) yang dibawa dengan sebilah tongkat, sepatu yang diletakkan di atas sebuah nampan, dan payung panjang dalam keadaan tertutup. Dalam boneka versi lain, pesuruh pria membawa penggaruk dari bambu (kumade) dan sapu.
Selanjutnya pada tingkat keenam dan ketujuh, diletakkan miniatur peralatan rumah tangga, kereta sapi, dan persembahan-persembahan lainya.
Dulu, orang-orang disana percaya bahwa boneka-boneka tersebut berisi roh jahat. Maka dari itu orang-orang biasanya menghanyutkan boneka itu ke laut agar roh jahat yang berada di boneka itu ikut terbawa dan tidak kembali lagi. Namun hal tersebut tidak dilakukan lagi sekaranh karena boneka-boneka yang dihanyutkan di laut tersebut akan menyangkut di jaring para nelayan dan merepotkan mereka, dan ujung-ujungnya para nelayan itu akan membakar boneka tersebut.
Sekarang masyarakat disana hanya memajangnya, dimulai dari bulan Februari dan menyimpan kembali boneka-boneka tersebut segera setelah festival berakhir. Ada mitos yang mengatakan kalau mereka tidak menyimpan kembali boneka itu sampai tanggal 4 Maret, maka anak perempuan dalam keluarga tersebut baru akan menikah dalam usia yang tua.
Tapi sebenarnya, walau disebut festival (matsuri), perayaan ini lebih ke acara pribadi keluarga. Itu pun jika ada anak perempuan di keluarga tersebut.
Coba di Indonesia ada perayaan kayak gini ya, pasti seru banget!
Langganan:
Komentar (Atom)













