It’s chow time! Sekarang waktunya kita ngebahas soal makanan, nyam nyam :3 Jepang ini memiliki banyak makanan tradisional yang pastinya uenak uenak. Salah satunya yang akan kita bahas sekarang.
Sushi terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Nasi yang dipakai bukan nasi putih biasa, biasanya nasinya berasa masam dan lembut soalnya dicampur cuka beras, garam, dan gula.
Di Indonesia, makanan yang satu ini tentunya udah nggak asing lagi ya. Mungkin di antara readers ada yang penggemar sushi, atau berminat mencoba sushi, well youdefinitely have to check this out!
Jenis – jenis sushi :
Mungkin biasanya kita pikir kalau sushi itu nasi ditambah ikan mentah, atau ikan mentah saja. Tapi ternyata sushi bukan cuma yang seperti itu doang lho! Ada banyak jenis sushi, antara lain:
Nigirizushi
Makanan laut segar (pada umumnya mentah) diletakkan di atas nasi yang dibentuk dengan menaruh nasi di telapak tangan yang satu dan membentuknya dengan jari-jari tangan yang lain. Nori (rumput laut) sering dipakai untuk mengikat neta agar tidak terlepas dari nasi. Lauk yang diletakkan di atas sushi juga bisa dalam keadaan matang seperti tamagoyaki atau belutunagi dan belut anago yang sudah dipanggang.
Makizushi
Sushi berupa gulungan nasi berisi potongan mentimun, tamagoyaki dan neta lain yang dibungkus lembaran nori. Nasi digulung dengan bantuan sudare (anyaman bambu bentuk persegi panjang).
Makizushi dibagi menjadi:
- Hosomaki: gulungan berdiameter minimum 3 cm hanya berisi satu jenis neta (misalnya mentimun atau tuna).
- Futomaki: gulungan berdiameter di atas 5 cm berisi berbagai macam neta.
- Temakizushi: nasi digulung sendiri dengan nori sebelum dimakan, neta juga dipilih sendiri dari piring.
Di daerah Kansai terdapat tradisi ehomaki untuk mengundang keberuntungan pada Hari Ekuinoks Musim Semi. Satu gulung utuh Futomaki zushi harus dimakan sambil menghadap ke arah mata angin keberuntungan. Ketika memakannya, orang juga dilarang mengeluarkan suara atau berbicara. Tradisi ini mulanya dipopulerkan oleh asosiasi pedagang sushi pada tahun 1970-an.
Chirashizushi
Nasi sushi dimakan bersama neta berupa makanan laut dan sayur-sayuran yang dipotong kecil-kecil. Nasi sushi tidak dibentuk melainkan diisikan ke dalam wadah dari kayu, piring atau mangkuk. Chirashizushi merupakan salah satu masakan rumah yang populer di Jepang untuk memperingati hari-hari istimewa seperti ulang tahun anak-anak dan perayaan Hina Matsuri.
Di daerah-daerah lain di Jepang, chirashizuhi mempunyai banyak nama lain seperti suzushi di Prefektur Kagoshima, matsurizushi di Prefektur Okayama, tekonezushi (di Prefektur Mie), bahkan ada daerah-daerah tertentu yang menghias chirashizushi dengan buah-buahan seperti potongan apel, jeruk, dan ceri.
Oshizushi
Nasi disusun bersama neta yang dipres untuk sementara waktu dengan maksud memadatkan nasi agar sushi yang dihasilkan berbentuk persegi panjang yang lalu dipotong-potong agar mudah dinikmati. Oshizushi ada juga yang dibungkus daun bambu lalu dipres untuk sementara waktu, antara beberapa jam sampai satu malam. Nama-nama oshizushi yang populer antara lain:
- Sabazushi berisi ikan kembung yang mempunyai beberapa nama lain seperti battera di Prefektur Osaka atau bozushi di Kyoto
- Masuzushi di Prefektur Toyama
- Oshizushi ikan Funa dari Prefektur Mie
- Sanmazushi dan Gozaemonzushi dari Prefektur Tottori
- Iwakunizushi dari Prefektur Yamaguchi
Narezushi
Sushi zaman kuno adalah ikan yang dilumuri garam dan nasi, lalu dibiarkan hingga terfermentasi. Funazushi dari Prefektur Shiga dan hatahatazushi dari Prefektur Akita adalah dua contoh sushi asal zaman kuno. Ada pula narezushi yang ditambah ragi untuk membantu proses fermentasi, contohnya kaburazushi dari Prefektur Ishikawa dan Izushi dari Hokkaido.
Kaburazushi adalah jenis sushi yang tidak dibentuk bersama nasi. Sushi dibuat dengan menjepit irisan ikan mentah di antara dua lembar irisan lobak kabura. Setelah itu, sushi disusun di dalam tong kayu berisi campuran nasi tanak bercampur ragi. Lama fermentasi selama beberapa hari. Kaburazushi dimakan dengan tidak mencuci nasi hasil fermentasi yang menempel.
Inarizushi
Nasi sushi dibungkus aburage yang sebelumnya sudah dimasak bersama kecap asin dan gula. Inarizushi tidak berisi ikan atau lauk lain karena aburage sudah merupakan sumber protein. Inarizushi berasal dari kuil Toyokawa Inari di kota Toyokawa, Prefektur Aichi.
Etika Makan Sushi :
Nah, mungkin hal satu hal ini yang jarang dikenal oleh orang Indonesia, walaupun ada banyak pencinta sushi di Indonesia, tapi tidak semua tahu cara/etika yang baik dalam memakan sushi. Padahal di Jepang sana etika ini sangat penting lho! Monggo dilihat ...
· Menggosok-gosok sumpit.
Tujuannya sih menghilangkan 'rambut-rambut' sumpit yang katanya bisa membuat masalah kesehatan. Namun ternyata, itu merupakan penghinaan buat kedai sushi tempat kita makan. Kalau kita gosok-gosok begitu, itu menunjukkan kedai sushi itu memberikan sumpit berkualitas buruk pada kita.
Tujuannya sih menghilangkan 'rambut-rambut' sumpit yang katanya bisa membuat masalah kesehatan. Namun ternyata, itu merupakan penghinaan buat kedai sushi tempat kita makan. Kalau kita gosok-gosok begitu, itu menunjukkan kedai sushi itu memberikan sumpit berkualitas buruk pada kita.
· Wasabi dan kecap asin tidak untuk dicampurkan.
Banyak orang selalu mencampur wasabi dan kecap asin yang disediakan, mereka pikir itu cara yang benar. Ternyata itu cara yang salah!
Banyak orang selalu mencampur wasabi dan kecap asin yang disediakan, mereka pikir itu cara yang benar. Ternyata itu cara yang salah!
· Mencelupkan bagian nasi ke kecap asin. harusnya bagian dagingnya yang dicelupkan. Kalau nasinya yang dicelupkan, nasinya menyerap kecap asin banyak-banyak sehingga sushinya keasinan.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar